Ketika Bingkai Mahligai Rumah Tangga Hancur



Oleh : Tjandra Sarie Astoeti Sutisno. S. Kom
(Aktivis Muslimah Peduli generasi)

Rumahtangga yang bahagia adalah dambaan semua manusia, tapi ketika tidak dibangun dengan pondasi yang kuat hancurlah sudah harapan itu.

Ya betul sekali, sebagaimana hubungan terjalin sekian tahun namun landasan rapuh maka tidak ada makna apapun. Cobaan kehidupan dari mulai tetangga, saudara, ekonomi, orang ke tiga dan lain sebagainya. Saithon terus menggoda pada manusia yang keimananya lemah, sampai masuk pada jurang yang paling dalam. Mengerikan sekali memang, namun itu lah faktanya manusia punya potensi yang harus diimbangi dengan akal dan ketaqwaan. Bagaimana seorang manusia yang lemah ini mengikuti aturanNYA. Tidak bisa hanya mengikuti hawa nafsunya saja yang bersandar pada akal nya.

Awal mula perkenalan, pergaulan bebas tanpa batas kemudian dekat dekat dan terus mendekat akhirnya sudah tidak bisa terhindari zina pun dilakukan astaghfirullah. Kemana keimananmu wahai manusia, itu kah yang kalian inginkan. Terpintaskah pikiran dibenak kalian, akan neraka yang bahan bakarnya dari manusia penuh dosa dilemparkan dengan bersamaan api menyala-nyala.

Sampai kapan semua itu berakhir, kapan kah kalian sadar akan kelakuan bagai hewan tak memiliki akal. Tunggulah hingga sang kholiq menegur, pada saatnya nanti kalian menyesal yang tak mungkin dapat terlupakan. Akal dan keimanan bertarung, mencari dalil pembenaran melempar kambing hitam bersembunyi dibalik kemaksiatan. Terkadang menyalahkan orang lain, menuduh kondisi hingga menangis tak terbendung.

Potret hitam kelam rumah tangga masa kini dibalut kapitalis, membuat semuanya menjadi sulit. Sistem kapitalis yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu jauhnya manusia dari aturan sang pemilik alam semesta. Tidak digunakan dalam segala aspek, baik perekinomian, pergaulan bahkan berumah tangga sekalipun. Sehingga tak ada lagi rasa prikemanusiaan, hilangnya cinta yang hanya gombalan belaka sirna demi eksis. Kapitalis membuat semua gelap mata, eksploitasi wanita dikemas sedemikian rupa bak permaisuri murahan. Lupa wahai wanita, kau seorang istri atau ibu untuk anak-anakmu. Bangga dengan gelar itu semua, tak perduli betapa rindunya suami menanti di rumah. Ya demi materi, mahligai rumah tangga akhirnya menjadi pertaruhan diatas meja hijau menunggu ketuk palu.

Wajar seorang suami pun menjadi emosi, kalap terjadilah pertengkaran bahkan sampai main tangan (kekerasan dalam rumahtangga/KDRT) tak heran berujung perceraian. Keributan setiap hari, anak menjadi korban orangtua nya.

Jelas Allah Ta'ala memberikan kehidupan, telah memastikan dalam al-Qur'an surat ar Rum bahwa kehidupan suami istri adalah untuk menciptakan ketentraman, sakinah, mawadah warahmah. Apakah ayat tadi hanya sebatas pemanis di selembar surat undangan pernikahan, atau kata-kata sebagai bingkai prasyarat. Aturan Illaihi yang sudah sempurna, menginginkan manusia sesuai syariat hanya untuk beribadah. Telah dibuktikan dalam keseharian Rasulullah Saw hingga pada kekhilafahan. Saat ekonomi, pendidikan, politik, keluarga, sosial seluruhnya diatur hukum islam, terciptalah manusia bermartabat serta rahmatan lil 'alamin. Kekayaan alam kelola sendiri tudak dikuasai swasta/asing. Buktinya pada masa Umar bin Abdul Aziz tidak ada orang yang menjadi mustahik, penerima zakat. Karena standar hidup layak telah tercapai, mencari ridho Allah SWT, mengharap surgaNya dan masih banyak hal lain. Begitupun dengan para pemuda didorong untuk menikah, tidak bermaksiat, ugal-ugalan/tawuran atau malas-malasan/mager.

Permasalahan yang mendasar dan menyeluruh untuk ketahanan keluarga adalah dengan pondasi kuatnya aqidah hingga keseharian syariah Islam. Dengan aturan sistem Islam yaitu khilafah. Dan memang menerapkan syariat Islam diwajibkan Allah sang pemilik alam semesta.

Mari kita kembali pada Al-Qur'an dan hadist, sebagai pegangan hidup yang di dalamnya tak ada kerisauan. Serta mengingatkan ancaman-Nya, barangsiapa tidak melaksanakan dari perintah sang Kholiq diberi kehidupan yang sulit serta dikumpulkan saat akhirat dengan kondisi gelap. Peran perempuan yang ingin keluar dari permasalahan keluarga tsb., untuk bersama-sama berjuang dengan segenap tenaga mengembalikan kekhilafahan melanjutkan kehidupan umat. Salah satunya dengan menyampaikan sejarah/kebenaran kepada umat bertapa pentingnya perisai hakiki tsb.

Wallahu'alam.

1 Komentar

  1. MasyaAllah ya hoby menulis saya tersalurkan.. adakah kontak person lain utk mengirim tulisan saya berikutnya? Karena yg nomor terakhir 097 hp trouble.. infonya begitu' àfwan

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak