Harga Pangan Semakin Naik , Tradisi Buruk Menjelang Ramadan

 



Oleh. Hidayati


Indonesia masih memiliki banyak masalah yang tak kunjung usai. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah meroketnya harga kebutuhan pokok menjelang Ramadan. Sudah menjadi tren tahunan. Tak heran jika hari ini kembali terjadi. 


Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan Ramadan mendatang. Ini merupakan situasi musiman seperti tahun-tahun sebelumnya. Habibullah selaku Deputi Bidang Statistik Produksi mengatakan bahwa komoditas pangan lainnya seperti beras juga berpotensi akan naik. Menurutnya, salah satu penyebab kenaikan itu adalah dimulainya musim kemarau dan penurunan produksi beras di Indonesia. Dia menyebut apabila harga beras naik, maka juga akan mendorong inflasi secara umum. (cnbcindonesia, 1/03/2024).


Pemerintah mengklaim cuaca ekstrim yang terjadi di Indonesia beberapa bulan ini, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga pangan melambung tinggi. Selain itu, kenaikan harga bahan pokok juga dipengaruhi oleh menipisnya pasokan dan tingginya permintaan. Mengapa harga pangan terus naik menjelang Ramadan ? Bagaimana peran pemerintah mengatasi hal ini ?


Fenomena ini kerap terjadi menyambut bulan Ramadan. Harga pangan melonjak naik dan nyaris merata di setiap wilayah negeri. Kenaikan harga yang rutin terjadi tiap tahun terus sangat berdampak pada masyarakat terlebih lagi pada masyarakat berpenghasilan rendah. Derita Rakyat makin hari kian terpuruk. Bak pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula, sulitnya mendapat penghasilan ditambah lagi pengeluaran untuk membeli harga pangan yang kian naik. Seperti hati yang tersayat. Perih rasanya. 


Melonjaknya harga pangan ini semestinya mendapatkan perhatian dan fokus utama oleh pemerintah. Karena, hal ini sangat penting untuk upaya menstabilkan kebutuhan pokok masyarakat terutama menjelang Ramadan. Seharusnya Ramadan menjadi sebuah momen khusyuk bagi kaum Muslim dalam menjalankan ibadah, tapi ternyata harus membuat fokus mereka teralihkan pada gejolak kenaikan harga bahan pangan. Ini masih belum urusan perjalanan pulang ke kampung halaman saat lebaran nanti, yang rata-rata juga membutuhkan biaya besar. 


Kenaikan harga kebutuhan pangan yang setiap tahun pasti terjadi, dari sini pemerintah sudah seharusnya ada upaya untuk menekan harga kebutuhan pokok jauh sebelum menjelang Ramadhan. Faktanya, pemerintah tidak mampu menekan harga kebutuhan pokok dari tahun ke tahun, ini menjadi bukti bahwa pemerintah telah gagal mensejahterakan rakyatnya dengan menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan dengan harga terjangkau.


 Maka, seharusnya pemerintah menjamin kestabilan harga untuk kepentingan rakyat. Selain itu, pemerintah juga harus dapat mengantisipasi stok pangan yang ada dan juga mencegah praktik mafia monopoli perdagangan pasar. 

Inilah potret buramnya kehidupan dalam sistem kapitalis. 


Para kapitalia itu begitu lihai memanfaatkan momentum yang setiap tahunnya memicu tingginya inflasi, bahkan puncaknya inflasi. Bagi mereka, momen-momen tersebut jelas masa panen keuntungan apalagi setiap akan menghadapi bulan suci Ramadan.


Berbeda dalam pandangan Islam, pangan menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib dipenuhi per individu. Pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah kelak jika ada satu dari rakyatnya yang menderita kelaparan. Disamping itu, pangan adalah masalah strategis, dimana negara tidak boleh tergantung kepada negara lain. 


Ketergantungan pangan kepada negara lain bisa mengakibatkan negara akan dengan mudahnya dijajah dan dikuasai.


Masalah kenaikan harga pangan adalah bersifat sistemis, maka dibutuhkan perubahan yang sistemis pula untuk mengubah total paradigma Kapitalisme dalam menjalankan pelayanan terhadap rakyat. Dalam hal ini, Islam adalah satu-satunya solusi alternatif yang paling tepat untuk mengganti kapitalisme dalam menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan rakyat secara menyeluruh.


Ketika menerapkan sistem Islam negara mampu dalam menjaga stabilitas harga pasar, dengan kebijakan pasar dan kekuatan qadhi hisbah. Dalam pandangan islam pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab meri'ayah (mengurusi) umat. Sumber daya alam (SDA) harus bisa dikelola dengan baik yang tidak boleh diberikan pihak swasta bahkan pihak asing. 


Jika terdapat ketidakseimbangan harga maka dengan sigap negara melalui lembaga pengendali akan menyeimbangkan dan mendatangkan barang dari daerah lain, jika belum cukup juga akan diselesaikan dengan kebijakan import. Sungguh kita sangat butuh pengaturan dengan sistem ekonomi Islam yang bisa memberikan harga-harga pasar dapat stabil dan terjangkau untuk kebutuhan masyarakat. 


Demikianlah konsep dalam sistem Islam yang memberikan solusi pada penyelesaian masalah pangan. Solusi tersebut tentu baru dapat diterapkan apabila ada institusi negara yang melaksanakannya.


 Oleh karena itu, kewajiban kita mengingatkan pemerintah terhadap kewajiban mereka dalam melayani urusan umat, termasuk urusan pangan dengan menerapkan syariat yang bersumber dari Allah Swt. Sang Maha Pengatur.


Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak