Rupiah Melemah, Ekonomi Indonesia Jadi Payah



Oleh: Riza Maries Rachmawati



Konflik entitas Yahudi Iran di Timur Tengah yang kian memanas, hal ini menjadi salah satu faktor penyebab pelemahan rupiah di negeri ini. Pejabat Amerika Serikat menyebut sebuah rudal entitas Yahudi telah menghantam Iran merujuk data Jakarta interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR Bank Indonesia. Meningkatknya ketidakstabilan global akibat konflik di Timur Tengah menyebabkan investor menarik dana dari aset-aset beresiko tinggi, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat menembus Rp 16.000, sejak selasa 16 April 2024. Nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi hingga menyentuh Rp 16.280 pada Jumat 19 April.

Penyebab lain pelemahan rupiah kali ini adalah The Fed atau Bank Sentral Amerika Serikat diperkirakan akan lebih lama mempertahankan suku bunga acuannya di level tinggi untuk meredam laju inflasi Amerika Serikat.  Joshua Pardede kepada ekonom Bank Permata mengatakan, selama suku bunga The Fed masih tinggi investor Global akan lebih tertarik menaruh uangnya di pasar Amerika Serikat. Sehingga memicu arus keluar modal asing dari negara-negara berkembang seperti Indonesia. (www.bbc.com, 21 April 2020)

Pelemahan Rupiah Akibat Imperialisme Amerika Serikat

Banyak faktor yang memang mempengaruhi pelemahan rupiah, akan tetapi penyebab paling utama adalah ketergantungan pada dolar sebagai mata uang dunia. Saat ini dunia secara keseluruhan berada di bawah imperialisme negara Kapitalisme Amerika Serikat. Imperialisme Amerika Serikat terhadap dunia global melalui dolar diawali dari perjanjian brghton Woods di tahun 1944. Sebelum tahun itu mata uang dunia berbasis emas, ketika Perang Dunia Pertama pecah di tahun 1914 banyak negara yang meninggalkan standar emas. Mereka beralih menggunakan mata uang kertas untuk membayar belanja militer.

Amerika Serikat pun menjadi debitur dari banyak negara yang ingin membeli obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat. Kemudian beberapa negara bertema di Brattonwoods New Hampshire untuk mematok nilai tukar mereka kepada dolar AS, lantaran Amerika Serikat adalah negara yang memegang cadangan emas terbesar di masa itu. Perjanjian Bretton Woods mengizinkan negara-negara untuk mematok nilai tukar mereka dengan dolar Amerika Serikat ketimbang emas, dengan begitu dolar berlaku dalam perdagangan dunia internasional. 

Hingga saat ini perjanjian ini sangat menguntungkan Amerika Serikat karena mereka dapat mengatur kondisi ekonomi dunia. Pelemahan rupiah terhadap dolar berpotensi membuat harga barang-barang impor melonjak, termasuk bahan baku industry. Disamping itu, terjadinya inflansi yang akhirnya melemahkan daya beli masyarakat. Dengan demikian pelemahan rupiah sebenarnya adalah bentuk kezaliman akibat imperialism Amerika Serikat.

Dinar dan Dirham sebagai Solusi Islam

Dalam Sistem Islam, sistem mata uang yang diterapkan adalah sistem mata uang berbasis emas dan perak atau yang dikenal dengan sebutan dinar dan dirham. Syariat tersebut dapat dipahami dari kebijakan Rasulullah saw ketika beliau menjadi kepala negara Islam di Madinah pasca hijrah. Beliau menyetujui penggunaan mata uang dinar dan dirham sebagai mata uang resmi negara. Rosulullah saw  menyetujui timbangan kaum Quraisy sebagai standar timbangan dinar dirham sebagaimana hadits berikut: “Timbangan yang berlaku adalah timbangan penduduk Makkah dan takaran yang berlaku adalah takaran penduduk Madinah.” (HR. Abu Dawud).

Dinar dan dirham memang telah lama digunakan oleh masyarakat saat itu. Ukuran satu dinar setara dengan 4,25 gram emas dan 1 dirham setara dengan 2,975 gram perak. Sistem mata uang ini lebih stabil dan adil sehingga secara ekonomi akan aman dan rakyat akan sejahtera. Hal tersebut dikarenakan mata uang dinar dan dirham memiliki basis riil berupa emas dan perak. Nilai nominal yang tertera setara dengan nilai intrinsiknya.

Ketika negara ingin mencetak yang maka mereka harus memiliki sejumlah emas dan perak. Sebaliknya ketika negara tidak memiliki emas dan perak maka negara tidak bisa mencetak uang. Jaminan mata uang dengan emas dan perak membuat perekonomian tidak mudah inflansi. Selain itu dinar dan dirham memiliki aspek penerimaan yang tinggi, termasuk dalam pertukaran antar mata uang atau dalam perdagangan Internasioal.

Dengan sistem mata dinar dan dirham, ekonomi negara dan rakyat akan stabil dan membuat rakyat hidup tenang. Hanya saja penerapan sistem mata uang dinar dan dirham tidak bisa dilakukan individu atau kelompok tertentu. Agar kemaslahatan mata uang dinar dirham bisa dirasakan umat membutuhkan institusi negara yang menerapkan sistem ekonomi Islam beserta syariat Islam lain secara kaffah. Institusi ini tidak lain adalah Daulah Khilafah .

Wallahu’alam bish shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak