Minim Rasa Aman Bahkan Saat Ramadhan



Oleh: Mirna


Ramadhan adalah bulan kesembilan dari tahun hijriyah, bulan yang dinanti oleh seluruh umat islam di dunia. Bulan penuh berkah, dimana semua kebaikan dan ibadah diganjar berlipat pahala oleh Allah. Selama kurang lebih 30 hari semua orang di wajibkan untuk menahan haus, lapar, berbuat dzolim dan dosa sepanjang siang sampai saat waktu magrib tiba atau biasa dikenal dengan nama puasa Ramadhan. Meskinya memang begitulah ciri khasnya bulan Puasa, kenikmatan melakukan ibadah karena bulan ini adalah milik hamba-Nya. 

Rasa aman dalam menjalankan tiap kegiatan selama Ramadhan juga harus menjadi salah satu jaminan wajib yang diberikan pemerintah sebagai bentuk perlindungan dan banteng pelaksanaan ibadah. Sayangnya memang kejahatan bahkan tidak mengenal waktu dan tempat. Dalam kepercayaan Islam selama bulan puasa iblis dan setan bahkan dikarangkeng. Meski begitu hawa nafsu tetap menjadi PR tersendiri bagai ummat Islam.

Selama bulan Ramadhan masih ada saja orang-orang yang mabuk, berjualan dari pagi sampai malam minus toleransi, padahal negeri ini begitu mengagungkan kata-kata “peduli dan menghormati ibadah agama lain” namun sebaliknya malah banyak yang tidak menghargai. Selain itu tindak kejahatan seperti maling dan pencurian pun masih marak terjadi. Terutama saat malam hari ketika orang sedang melakukan ibadah tarawih di masjid.

Pada kasus semacam ini bisa dikatakan kejahatan memang bersumber dari pelaku sendiri, namun jika ditelisik lebih lanjut, mencuri atau maling kadang juga dilakukan karena terpaksa. Menganggur, sementara kebutuhan hidup diri dan keluarga harus tetap dipenuhi. Ingin bekerja lapangan kerja tidak ada. Maka yang terpikir adalah mengambil hak milik orang. Pada situasi semacam ini, tidak bisa sepenuhnya meletakkan vonis pada pelaku. Ada banyak orang yang bertanggung jawab atas kesalahan yang dia lakukan. Tetangga yang abai kondisi keluarganya, pemerintah yang gagal menyediakan lapangan kerja dan menjamin hak hidup kaum fakir miskin. 

Dalam islam adalah kewajiban bagi para pemimpin menjamin kebutuhan pokok rakyatnya dengan cara menyediakan lapangan kerja memadai, gaji yang manusiawi dan bantuan-bantuan bagi memerlukan. Namun disistem saat ini memang harus diakui harapan memperoleh pelayanan sebaik itu mustahil bisa diwujudkan. Apalagi uang negara yang meskinya digunakan untuk mensejahterakan rakyat malah dikorupsi oleh wakil yang dipilih oleh rakyat sendiri. Tentunya bulan ini juga kita dikejutkan dengan terkuaknya kasus korupsi mega sebesar 271T oleh pesohor dan pengusaha negeri ini. Benar-benar miris, pantas saja negeri ini tidak pernah bisa lepas dari kemiskinan dan kesempitan kerja. Wallahu’alam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak