Apa Kabar Dunia Pendidikan Indonesia?

 



Oleh. Yuli Juharini


Dalam dunia pendidikan, sudah bukan rahasia lagi ketika ganti menteri, maka kurikulum pun akan ikut berganti. Seperti saat ini, ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim meluncurkan kurikulum Merdeka, yang memberi kebebasan pada siswa untuk memilih sendiri materi pelajaran yang diperlukan dan diminati.


 Hal itu bertujuan untuk mengembangkan potensi  dan meningkatkan keterampilan siswa. Waktu belajar pun lebih fleksibel, karena pihak sekolah bisa mengatur sendiri waktu untuk memberi pelajaran pada siswa. Tentu saja kurikulum ini sangat jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya.


Untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2024, Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media mengadakan konser musikal yang diberi judul, "Memeluk Mimpi-Mimpi : Merdeka Belajar, Merdeka Mencintai". Mereka berkolaborasi dengan Titimangsa dan SMKN 2 Kasihan (SMM Yogyakarta). Konser itu diadakan pada hari Kamis tanggal 25 April 2024 di Teater Taman Ismail Marjuki, Jakarta. Dalam kesempatan itu, Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim memberi dukungan penuh pada acara tersebut. (www.liputan6, 26/4/2024)


Sungguh miris, jika alur pendidikan hanya bermuara pada sesuatu yang bersifat kesenangan semata. Dengan dalih menggali potensi yang ada pada siswa, maka dibiarkan para siswa memilih sendiri apa yang diminati untuk mengembangkan diri menjadi seseorang dengan berbagai macam keterampilan. Alhasil, kebanyakan para siswa memilih bidang seni seperti menari, bermain musik, menyanyi, dan lain-lain. Walaupun ada juga yang memilih ilmu pengetahuan.


Padahal Indonesia saat ini sangat membutuhkan tenaga-tenaga ahli dalam  bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar pembangunan dapat dilakukan oleh anak bangsa sendiri tanpa bergantung dengan tenaga ahli yang datangnya dari luar negeri. Namun hal itu akan sulit terwujud jika masih menggunakan kurikulum yang ada saat ini. Karena untuk mencetak tenaga ahli dibutuhkan sistem pendidikan yang benar-benar mumpuni, tidak sekadar gelar yang disandang.


Betapa banyak orang dengan berbagai macam gelar, tapi tidak punya kemampuan dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi. Tidak punya solusi untuk berbagai masalah. Gelar hanya sekadar gelar tanpa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Bahkan tidak sedikit orang dengan banyak gelar melakukan korupsi, mengambil sesuatu yang bukan haknya, memanipulasi, mengintimidasi, dan lain-lain.


Itu semua diduga hasil dari sistem pendidikan yang selalu berganti kurikulum. Dengan kata lain, jika sistem pendidikan tidak diubah, mau ganti kurikulum seribu kali pun tidak akan menghasilkan orang-orang yang berkompeten pada bidang masing-masing. Lalu, adakah sistem pendidikan yang benar-benar dapat mencetak generasi yang akan membawa perubahan untuk kemaslahatan umat?


Sistem Pendidikan dalam Islam


Islam selalu punya solusi dari setiap masalah yang ada di dunia ini, termasuk dalam masalah pendidikan. Karena Islam itu tidak hanya sekadar agama, melainkan juga sebuah mabda atau ideologi. Dalam Islam, belajar atau menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan. Hal itu sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah nomor 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallah'anhu, dishahihkan Al Albani dalam shahih Al-Jaami'ish Shaghiir nomor 3913.


Dalam buku "Nidham Islam" yang ditulis oleh Taqiyuddin An-Nabhani, juga membahas tentang kurikulum pendidikan yang wajib berlandaskan akidah Islam. Yang bertujuan membentuk pribadi-pribadi yang Islami. Di samping itu, para siswa pun dibekali dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. 


Negara menyediakan sarana untuk menunjang pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dan semua yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Negara membuka peluang seluas-luasnya untuk memberi kesempatan melakukan penelitian dalam bidang ilmu kedokteran, teknik, kimia, dan lain-lain. Juga ilmu fiqih, ushul fiqih, hadis, dan tafsir. Dengan itu diharapkan akan lahir di tengah umat para penemu dan mujtahidin.


Sistem pendidikan Islam dapat diterapkan jika ada sebuah institusi negara yang juga menerapkan hukum-hukum Islam. Jika belum ada negara dengan sistem Islam, maka dunia pendidikan akan selalu melahirkan orang-orang yang tidak berkualitas, yang hanya mengejar gelar namun tidak disertai dengan rasa takut terhadap Allah Swt. Sehingga halal haram bukan lagi ukuran dalam menjalankan kehidupan.


Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak