Tandingan Semu



Tjandra Sari Sutisno, S. Kom
(Aktivis Muslimah)



Sesuatu yang tidak pasti, kadang berubah-ubah ya tergantung kondisi suasana hati. Akal hanya digunakan untuk kepentingan, tidak melihat norma. Antara A dan B punya pendapat lain, bahkan C dan D pun ada standarisasi nya masing-masing padahal persoalanya satu. Sebagai contoh pengaturan ekonomi, secara teori dan lapangan berbeda seharusnya kan sama. Peraturan menggunakan akal tidak melihat dari berbagai sudut pandang, namun asas manfaat. Setelah semuanya tercapai, selesailah sudah kembali pada personal individu tidak perduli diluar sana seperti apa.

Lalu bagaimana ingin bertanding, aturan nya saja tidak permanen tapi sesuai isi kepalanya. Subjektivitas memang melekat erat dengan sifat manusia, tapi anehnya ini banyak pengikutnya. Setan berbungkus bunga, seperti hal nya riba atau seni dibalik maksiat. Sesuatu yang buruk seolah-olah dibalut keindahan itulah godaan bagi yang tidak berfikir jernih. Asal bos senang, perut kenyang dan nyaman dengan posisi sekarang. Tetapi itu semua fatamorgana/bias, hanya didunia tidak kekal. Ya ingin yang terlihat secara pengindraan, ada lagi sukanya instan/serba cepat tanpa memikirkan baik/buruk atau benar/salah.

Egois nafsu dan emosi yang utama, bila terdapat kemudahan mengapa memilih jalan sulit. Begitulah kira-kira, tabiat jelek manusia yang hidup di bumi ini. Jika kalian bisa, "..... buatlah satu surah semisal dengannya......" kutipan terjemahan QS. Al Baqarah ayat 23. Jelas Allah Ta'ala melarang kita untuk tidak membuat tandingan, dari sini bisa ambil kesimpulan bahwa Allah SWT lah tempat kembali. Dimana dan apapun persoalan/masalah, kita harus bersandar pada aturanNYA. Mengapa Illahi Robbi mencantumkan ayat tsb. Ya karena sang khalik tau bila manusia itu punya rasa bingung, ragu dan lain sebagainya. Lantas masih inginkah tandingan semu itu, berfikirlah wahai manusia.

Wallahu'alam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak