Banjir Produk Impor Menjelang Lebaran

Oleh : Nurfillah Rahayu
( Forum Literasi Muslimah Bogor) 


Lebaran tinggal menghitung hari. Umat muslim dari berbagai penjuru dunia sibuk menyiapkan segala sesuatunya menyambut hari raya. Namun, apa jadinya jika kebutuhan yang meningkat sejalan pula dengan meningkatnya produk impor di Indonesia. 

Seperti dilansir oleh cnbc.Indonesia.com / 19 Maret 2024, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan impor daging dan sapi hidup dalam waktu 2 - 3 Minggu tiba. Ini merupakan bagi volume impor daging sapi yang sudah disetujui pada tahun ini sebanyak 145.250,60 ton.

"Akan ada impor, kan yang private udah jalan, sekarang nunggu masuk minggu 2 - 3 puasa ini. Jumlah yang approved 145 ribu ton, bentuknya daging. Kemudian beberapa ratus ekor sapi yang hidup," kata Arief di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (19/3/2024).

Impor barang-barang konsumsi melonjak 
menjelang masa Ramadan dan Idul Fitri 2024. Kenaikannya terjadi baik secara bulanan atau month to month (mtm) maupun tahunan atau year on year (yoy).
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, nilai impor barang konsumsi per Februari 2024 sebesar US$ 1,86 miliar atau naik 5,11% dibanding Januari 2023. Sedangkan dibanding Februari 2024 yang senilai US$ 1,36 miliar naik 36,49%.

"Secara bulanan nilai impor barang konsumsi naik US$ 90,5 juta atau naik 5,11%," kata Amalia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (15/3/2024).

Lebaran terjadi setiap tahun. Seharusnya peningkatan kebutuhan sudah bisa diprediksi dan diantisipasi agar tetap terwujud ketahanan pangan dan kedaulatan pangan.  
Ketergantungan pada impor sejatinya mengancam kedaulatan negara. Negara harus mencari solusi agar menjadi negara mandiri.  

Sistem kapitalisme yang diterapkan menghalangi terwujudnya negara mandiri. Karena semestinya kebebasan kebijakan impor ini hanya solusi sementara sehingga tidak perlu terjadi bahkan meningkat setiap tahunnya. 

Untuk itu pentingnya penerapan Islam secara keseluruhan. karena dalam sistem Islam yaitu Khilafah, Islam mwajibkan negara berdaulat dan mandiri termasuk dalam masalah pangan. Berbagai Upaya akan dilakukan negara secara maksimal, termasuk dalam membangun infrastruktur berkualitas, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dan peternakan , juga dalam berinovasi meningkatkan teknologi tepat guna dan berkemampuan tinggi. 

Islam mewajibkan negara mewujudkan kesejahteraan, termasuk memerikan subsidi pada rakyat yang membutuhkan termasuk petani dan peternak yang kurang modal atau tidak memiliki modal. 
Negara Islam mampu mensupport rakyatnya karena memiliki sumber dana yang banyak dan beragam serta terjamin keamanannya. 
Karena kewajiban tolong menolong dalam islam sangat dianjurkan seperti dalam
Al- Quran Allah SWT berfirman yang artinya :

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” ( TQS Al Maidah:2) 

Ayat tentang tolong menolong ini menegaskan pesan yang sangat jelas bahwa tolong-menolong harus ditunjukkan pada kebaikan dan ketakwaan. Seperti dukungan moral baik material seperti memberikan subsidi atau modal bagi rakyat kecil yang membutuhkan bantuan tentunya dengan penuh pembinaan dan cara yang sesuai diperintahkan oleh Allah SWT.

Sehingga besar kemungkinan negara akan mandiri dan para pengusaha di dalam negeripun akan sejahtera. Hal ini tentunya dapat mengurangi kebijakan impor yang tidak perlu meningkat terutama menjelang lebaran. 

Wallahu a’lam Bishowab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak