Digitalisasi Tanpa Iman Hanya Hasilkan Destruksi Kehidupan

Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)


Game online semakin membludak dan tidak terkendali. Parahnya lagi, game tersebut selalu disusupi menu yang tidak bijak, semacam kekerasan atau sesuatu yang berbau seksualitas.


Kebijakan Paradoks

Menyoal fakta game online, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak agar pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dapat bertindak tegas memblokir game online yang mengandung kekerasan dan seksualitas (katadata.co.id, 12/4/2024). Karena jelas-jelas game tersebut berdampak buruk terhadap perkembngan anak. Salah satunya game Free Fire yang kini sangat dikenal.
Menkominfo pun dengan tegas mengajak masyarakat melakukan aduan kepada pemerintah agar melapor jika jelas terdapat konten kekerasan atau pornografi dalam game. Tidak hanya itu, keluarga dan orang tua pun diimbau agar melakukan pengawasan berkesinambungan kepada anak-anaknya.

Saat ini, pemerintah tengah menyusun rancangan Peraturan Presiden mengenai road map perlindungan anak di dunia maya. Kebijakan tersebut dijadikan upaya untuk melindungi anak dari konten maupun game online yang dapat berpengaruh buruk perkembangan anak.
Deputi Perlindungan Khusus Anak KPPPA Nahar mengungkapkan Perpres tersebut akan memetakan terdapat tiga strategi jangka pendek dan menengah untuk memperkuat kebijakan partisipasi multipihak, termasuk anak dan penanganan kasus eksploitasi dan kekerasan terhadap anak di dunia maya dan sistem elektronik (mediaindonesia.com, 14/4/2024).

Kemudahan akses game online menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Banyaknya konten kekerasan dan pornografi membuahkan berbagai perilaku yang negatif dan menyimpang. Tengok saja, kasus perundungan yang semakin meningkat, tawuran yang sering terjadi dimana-mana. Seolah-olah generasi tidak mampu lagi mengindera batas nilai salah dan benar. Semua norma ditabrak demi sekedar eksistensi atau hawa nafsu saja.

Di tengah terpuruknya generasi akibat pengaruh game online, justru negara mengembangkan industri game online sebagai industri kreatif yang digadang-gadang mampu mendongkrak perekonomian melalui peningkatan devisa negara. Bukankah kebijakan tersebut paradoks dengan tujuan penjagaan generasi?

Memang betul, teknologi sangat dibutuhkan demi meningkatkan kemajuan pendidikan generasi suatu negeri. Kecakapan literasi digital menjadi salah satu modal menuju taraf kemajuan berpikir sempurna. Tujuannya agar belajar lebih menyenangkan dan variatif sehingga dicapai pemahaman dan pemikiran yang menyeluruh. Hanya saja, potensi penyalahgunaan perangkat bisa terjadi di kalangan para pelajar. Diantaranya ancaman game online yang di dalamnya memuat konten tidak wajar.

Upaya peningkatan industri game online dan usaha meredam kerusakan akibat game online menjadi dua hal yang saling bertentangan. Paradoks. Meskipun faktanya tidak semua game mengandung konten kekerasan atau pornografi, namun sebagian besar game yang kini ada, mengandung konten kekerasan dan seksualitas yang benar-benar menguras fokus generasi.

Menjamurnya warnet, warung internet dan rendahnya pengawasan orang tua dan masyarakat, menjadikan anak-anak dengan mudah mengakses game online. Ditambah lagi, biaya sewanya yang tergolong murah, berkisar Rp 4.000 - 10.000 per jamnya. Anak-anak dan remaja pun semakin kecanduan game online.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan betapa lemahnya negara menjaga generasi.

Generasi dihadapkan pada fakta yang merusak masa depan secara perlahan dan pasti. Pembentukan karakter generasi benar-benar diabaikan oleh negara.
Game online pun digadang-gadang sebagai cabang e-sport yang menggiurkan. Bisnis yang banyak dilirik karena menjanjikan keuntungan fantastis. Negara menjamin menjamurnya industri ini, karena dipandang menguntungkan dan menyenangkan bagi generasi. Padahal dampaknya sangat mengancam pola pikir dan pola sikap generasi di masa mendatang.

Inilah konsekuensi diterapkannya sistem kapitalisme sekularistik. Sistem yang hanya merajakan keuntungan materi, tanpa peduli pada resiko yang pasti terjadi. Masa depan generasi tergadai keuntungan materi yang hanya sesaat. Konsep ini pun terjadi sebagai akibat tidak adanya aturan agama yang mengatur kehidupan. Semua nilai ditabrak tanpa peduli norma benar salah atau halal haram. Alhasil, generasi makin rusak, masa depan pun makin koyak.


Islam Menjaga Kemuliaan Generasi

Sistem Islam memiliki paradigma dan konsep pengaturan yang cerdas dan menyeluruh. Dalam penjagaan generasi, negara dalam sistem Islam akan menetapkan kebijakan yang bersandarkan akidah Islam agar generasi mampu terjaga pola pikirnya sejak dini.

Negara dengan sistem Islam, yakni khilafah, menetapkan bahwa rakyat wajib dijaga dan dilayani dengan utuh dan menyeluruh, baik kebutuhan jasmani dan rohaninya.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya" (HR. Al Bukhori).

Setiap kebijakan yang ditetapkan senantiasa difokuskan pada penjagaan individu, terutama penjagaan iman Islamnya. Karena iman Islam seseorang akan senantiasa menjadi standar yang jelas untuk membedakan antara halal dan haram atau benar dan salah.

Menyoal kebijakan digitalisasi, khilafah akan melakukan berbagai kebijakan tegas terkait perkembangan digitalisasi. Semua ditetapkan berdasarkan syariat Islam, agar tidak melahirkan mudharat bagi umat. Game online yang bermuatan negatif, kekerasan atau pornografi akan diberantas tegas karena jelas-jelas akan merusak akidah individu umat. Tidak hanya itu, khilafah pun akan menetapkan sanksi tegas bagi para pelanggarnya, mulai dari sanksi teguran, denda, pidana hingga hukuman berat yang mampu menimbulkan efek jera.

Kebijakan terkait digitalisasi akan tertuang jelas, tegas dan mengikat bagi seluruh rakyat. Sehingga akan terbentuk kontrol sosial yang mengendalikan masyarakat. Keluarga dan generasi pun akan semakin terjaga dengan konsep demikian. Edukasi yang berkesinambungan senantiasa diberikan negara agar umat benar-benar memahami akibat buruk game online atau konten sejenis yang merusak. Sehingga penjagaan di tengah masyarakat mampu terbentuk utuh dan sempurna.

Sempurnanya penjagaan Islam terhadap generasi. Konsepnya yang penuh berkah senantiasa melahirkan curahan rahmat bagi seluruh umat.
Tidak ada yang sempurna kecuali konsep Islam. Dengannya umat terjaga, dengannya pula umat menjadi mulia.

Wallahu'alam bisshowwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak