Islamofobia Bergema, Apa yang Dilakukan Dunia?




Oleh : Ummu Danish



Konflik Israel-Palestina yang tengah berlangsung berdampak terhadap meningkatnya kasus Islamofobia dan antisemitisme di Eropa, ujar Koordinator komisi Uni Eropa untuk mencegah kebencian anti-Muslim, Marion Lalisse.

Untuk menangani hal tersebut, Lalisse menekankan pentingnya mendokumentasikan kasus-kasus serangan kebencian yang terjadi dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah tindak kebencian.

“Tidak ada hierarki antara jenis-jenis rasisme dan diskriminasi yang terjadi. Antisemitisme dan kebencian anti-Muslim sejauh ini telah ditangani bersamaan pada rencana aksi Komisi Uni Eropa tahun 2020-2025,” ucapnya pada Minggu (11/2).

Koordinator itu berkata, tantangan terbesar yang dia hadapi dalam tahun pertamanya bertugas adalah kecilnya jumlah laporan dan dokumentasi insiden Islamofobia yang terjadi di Eropa.

“Bekerja dengan data dan mengenali sejauh apa kebencian anti-Muslim yang terjadi adalah tugas yang sangat menantang bagi saya maupun para pendahulu,” kata Lalisse.

Sementara itu, kondisi umat muslim di benua lain juga tidak baik-baik saja. Hasil pengamatan organisasi Tell MAMA di Inggris melaporkan bahwa sikap antimuslim melonjak tiga kali lipat sejak serangan Zion*s terhadap Palestina. Organisasi tersebut mencatat sebanyak 2.020 kasus, di antaranya 901 kasus terjadi offline dan 1. 109 terjadi di dunia maya.

Serangan yang dilancarkan secara langsung berupa perilaku kasar, ancaman, penyerangan, vandalisme, diskriminasi, ujaran kebencian, dan literatur antimuslim. Sebanyak 65% kasus menyerang perempuan. (VOA Indonesia, 23-2-2024).

Muslim Swedia juga merasakan hal yang sama. Sebuah masjid di Stockholm, Swedia, mendapatkan ancaman pembunuhan yang tertulis di pintu masjid tersebut. Peristiwa ini merupakan yang kedua dalam kurun seminggu. Muslim di sana juga menerima surat yang berisi zat seperti bubuk, bahkan mendapat kiriman bom palsu. (Viva, 23-2-2024).

--
Dunia Tidak Mampu Berbuat Apa-Apa
_ _
Penderitaan kaum muslim Palestina sudah terjadi puluhan tahun. Namun mengapa penjajahan itu tidak pernah sirna, malah bertambah? Negara Isra*l penjajah bahkan kini menguasai 78% tanah para nabi itu.

Ironisnya, penderitaan yang dialami saudara kita di Palestina ternyata belum bisa menggerakkan mayoritas hati masyarakat dunia. Perang di sana justru menjadi penyulut bertambahnya kebencian masyarakat nonmuslim terhadap Islam. Akhirnya, islamofobia meningkat di berbagai belahan dunia.

Memang banyak negara di dunia Islam mengecam tindakan entitas Zion*s. Afrika Selatan, misalnya, menggugat Isra*l ke Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ). Namun, langkah-langkah pembelaan tersebut tetap tidak mampu mengurungkan keinginan Isra*l merebut tanah Palestina.

Peristiwa seperti ini terus saja berulang. Para pembenci Islam makin menunjukkan kebenciannya terhadap Islam. Mereka tidak segan menganiaya, membakar kitab suci, bahkan melecehkan Baginda Nabi. Kaum muslim saat ini tidak memiliki tempat mengadu. Meskipun ada lembaga perdamaian dunia (PBB), umat Islam tidak mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya.

Berkali-kali PBB dan negara dunia memberi peringatan, nyatanya agresi militer Isra*l tetap berjalan. Begitu pun upaya menanggulangi islamofobia. Pada 2022, PBB bahkan mengeluarkan resolusi Hari Internasional Melawan Islamofobia. Namun, hingga sekarang, gerakan anti-Islam terus bergulir bahkan bertambah tiga kali lipat. Bukankah ini menunjukkan jika dunia tidak mampu melakukan tindakan nyata untuk melindungi umat Islam?

Sesungguhnya, semua ini membuktikan bahwa kapitalisme tidak akan bisa bersanding dengan Islam. Sifatnya yang ingin menguasai dunia membuat para kapitalis—termasuk para pemimpinnya—menghalalkan segala cara, salah satunya dengan membiarkan kaum muslim bercerai-berai dalam banyak negara. Ikatan nasionalisme dan sistem politik demokrasi sengaja mereka tiupkan ke dunia Islam.

Tidak sampai di situ, bukan rahasia lagi kalau mereka juga menanamkan Isra*l ke tengah pemukiman kaum muslim di wilayah Palestina. Dengan begitu, kaum muslim timur tengah tidak akan bersatu karena stabilitas keamanan terus digoyahkan.

Peristiwa 9/11 seakan menjadi tanda bahwa Islam harus diperangi. Siapa saja yang tidak ingin dimusuhi, harus mendukung pilihan Amerika. Dunia akhirnya terpecah, dikuasai oleh Amerika dan para sekutunya. Mereka bebas melempar opini negatif mengenai Islam hingga islamofobia tersebar cepat melalui media. Tersebarlah opini umum bahwasanya umat Islam itu jahat, teroris, dan sebagainya. Kondisi ini tentunya membuat sebagian nonmuslim menyimpan kebencian terhadap Islam, bahkan mereka manifestasikan kepada setiap muslim yang mereka temui.

_ _
Khilafah Sebagai Perisai Umat
_ _
Ihwal kebencian terhadap Islam ini sudah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an. Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali Imran: 118).

Kaum muslim menjadi sasaran kebencian musuh-musuh Islam sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 3 Maret 1924. Sebelum Khilafah runtuh, umat Islam selalu merasa aman di mana saja berada. Setiap ada seorang muslim yang teraniaya, khalifah selalu mengirimkan pasukan untuk membelanya. Dahulu, tatkala Prancis ingin menyelenggarakan pertunjukan yang isinya menghina Rasulullah saw., khalifah langsung mengirimkan pesan agar acara tersebut dibatalkan. 

Ini adalah fakta. Kala itu, Khilafah mampu menundukkan dunia hingga semua negara tidak berani melawannya. Khilafah menerapkan aturan Islam sesuai Al-Qur’an dan Sunah. Berbeda jauh dengan kekuasaan negara adidaya saat ini yang mengeruk SDA dan justru menyebarkan ketakutan.

Khilafah adalah perisai yang akan senantiasa melindungi kaum muslim dari segala ancaman bahaya. Oleh karenanya, terkait masalah Palestina, islamofobia, atau lainnya, tidak akan pernah selesai jika umat Islam tidak mempunyai perisai kuat. Perisai yang dimaksud adalah Khilafah sebagaimana yang Rasulullah contohkan.

Sebagai kaum yang beriman kepada Allah, sudah selayaknya kita percaya bahwa janji Allah tentang berita kemenangan Islam akan segera datang. Berita gembira pun pernah Rasulullah saw. sampaikan, “‘Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa kekhalifahan ‘ala minhaj an-nubuwwah, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang zalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa raja diktator (pemaksa), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah akan menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Kemudian datanglah masa Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas metode kenabian).’ Setelah itu, beliau (saw.) diam.” (HR Imam Ahmad).

Janji Allah pasti datang. Seluruh umat Islam saat itu akan terselamatkan. Palestina akan terbebaskan. Islamofobia akan sirna.
Saatnya umat memperjuangkan kembali tegaknya khilafah islam. 

Wallahu'alam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak