Oleh Dr. Mohsen Saleh
Berita tentang keberadaan “Ruang Operasi Bersama” untuk tiga
belas faksi Palestina, yang telah dikoordinasikan pengaturannya untuk membela
Jalur Gaza dan menghantam pos-pos Israel, setelah upaya penetrasi Israel di
timur Khan Yunis, adalah berita yang menggembirakan.
Di mulai dari keberhasilan
perlawanan (Brigade al-Qassam) menggagalkan operasi keamanan Israel, membunuh
seorang perwira Israel dan melukai seorang perwira lainnya dengan luka serius hingga
serangan balasan yang terkoordinir di hari kedua dengan menembakkan lebih dari
empat ratus roket, kemudian koordinasi berhenti setelah dipastikan Zionis
mengalami kerugian relatif besar, hingga terjadi krisis politik Israel yang
menyebabkan pengunduran diri Lieberman; dan perlawanan mucul sebagai pihak yang
untung (meskipun mengalami kerugian) akibat perbedaan besar dalam tingkat
persenjataan di kedua belah pihak.
Koordinasi kerja perlawanan ini mengikuti pengalaman
perintis, yaitu pengalaman pawai kepulangan akbar, yang telah terbukti
berhasil, terus berkembang dan membuahkan hasil. Namun, fitur yang paling
menonjol adalah sebagai gerakan rakyat dalam skala uas yang disatukan oleh
kekuatan-kekuatan Palestina, yang meyakini akan hak pengungsi Palestina untuk
kembali ke tanahnya dan upaya untuk membebaskan blokade di Jalur Gaza.
Kedua pengalaman ini, baik perlawanan bersenjata melalui
ruang operasi bersama atau perlawanan sipil melalui pawai kepulangan, semuanya
dianggap sebagai prestasi rakyat di Jalur Gaza yang paling menonjol. Keduanya
memberikan bukti yang jelas akan perkembangan kesadaran nasional, meningkatnya
tanggung jawab praktis, bertemu untuk bersama, mengembangkan dan memperluasnya.
Jika pawai kepulangan mampu menciptakan keretakan dalam
blokade Gaza dan memaksa pihak-pihak terkait untuk meringankan blokade, maka
ruang operasi bersama memberi pesan kepada kaum Zionis, yaitu harga sangat
mahal yang akan dibayar jika mereka mencoba untuk mengganggu Gaza, mereka tidak
lagi mampu memaksakan persyaratan perimbangan dalam konflik dengan
kekuatan-kekuatan perlawanan.
Pesan lain dari perkembangan ini adalah meningkatnya
konsensus nasional melawan jaur kompromi politik yang sedang berjalan, melawan
jalur perjanjian Oslo, setelah terbukti gagal, setelah penjajah Zionis tidak
peduli dengan perjanjian tersebut, dan setelah penjajah Zionis suka melakukan
yahudisasi al-Quds dan seluruh Tepi Barat, di samping melakukan blokade Gaza.
Sebuah pesan yang harus sampai kepada pimpinan gerakan Fatah, yang merupakan
pimpinan PLO dan pimpinan Otoritas Palestina.
Pesan akan perlunya menghentikan
jalur kompromi yang ditempuhnya, melakukan perenungan review nyata, untuk
menyatukan sikap Palestina menuju komitmen untuk berpegang teguh pada
prinsip-prinsip dan menoak memberikan konsesi, mendukung perlawanan,
menghentikan koordinasi keamanan dengan penjajah Israel di Tepi Barat, dan
berhenti memburu kekuatan-kekuatan perlawanan dan para mujahidnya.
Di sisi lain, proyek nasional Palestina sedang mengalami
krisis besar, baik di tingkat kepemimpinan, atau pada tingkat lembaga
perwakilan, terutama PLO, karena kelemahan atau karena sudah usang atau karena
pembusukan organ-organ, bidang-bidang dan departemen-departemennya. Atau pada
tingkat pertemuan di program nasional dan prioritas nasional dalam manajemen
konflik dengan penjajah Zionis.
Krisis ini akan terus ada selama ada pihak yang
dominan pada lembaga-lembaga ini, tetep keukeuh pada jalur yang
bertentangan dengan sebagian besar rakyat Palestina, menolak untuk masuk ke
dalam kemitraan hakiki, berlindung dengan lingkungan regional atau
internasional yang mendukung eksistensi dan kelangsungannya, dan menentang
kembalinya perlawanan atau peran aktif tren Islam dalam keputusan politik
Palestina.
Tahun ini telah meningkat kesadaran kolektif Palestina akan
bahayanya perilaku individual Mahmud Abbas dan pimpinan Fatah dalam mengelola
PLO dan Otoritas Palestina, cara untuk menghadapi tantangan, terutama
menghadapi apa yang dikenal sebagai "the deal of century" dan
perilaku kolonisasi yahudisasi agresor Zionis. Juga meningkat penolakan pada
sikap Abbas yang tetap keukeuh untuk melanjutkan sanksinya di Jalur
Gaza dan koordinasi keamanan dengan penjajah Zionis di Tepi Barat.
Semua ini
telah menyebabkan mitra Fatah yang paling penting dan menonjol dalam PLO untuk
memboikotnya di pertemuan-pertemuan Dewan Pimpinan Pusat PLO. Diboikot oleh
Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP), kemudian diboikot oleh Front
Demokratik dan Inisiatif Nasional. Sehingga Fataf seperti terisolasi dari
kekuatan-kekuatan Palestina yang aktif di lapangan. Sementara dua gerakan besar
Hamas dan Jihad Islam pada dasarnya memang tidak berpartisipasi di Dewan
Pimpinan Pusat PLO.
Selain itu, kengototan Fatah untuk menggelar pertemuan
Dewan Nasional di Ramallah di bawah pendudukan Zionis Israel, merupakan pukulan
lain bagi konsensus-konsensus dan kesepakatan-kesepakatan Palestina dan jalur
rekonsiliasi Palestina yang semestinya.
Pesan yang harus sampai kepada Abbas dan pimpinan Fatah,
yang sudah dalam kondisi terisolasis seperti ini, adalah bahwa kengototan untuk
mendominasi dan kebijakan eksklusivitas individual, yang bertentangan dengan
tren rakyat mayoritas di ranah Palestina, akan menyebabkan Fatah semakin terisolasi
dan rugi, ditambah derita yang akan terus dialami lembaga-lembaga resmi
Palestina.
Agar kita menjadi praktisi, jauh dari konflik PLO dan
Otoritas Palestina, jauh dari kerangka perwakilan alternatif apapun dan agar
tidak pimpinan Fatah tidak menggunakan orang-orangan sawah sebagai
"legitimasi" (meskipun nihil dari "legitimasi" baik dari
sisi popularitas maupund kelembagaan), maka kekuatan-kekuatan perlawanan dan
yang menolak jalur Oslo agar mendukung dan mengembangkan keberhasilan yang
telah terjadi di pawai kepulangan dan di Ruang Operasi Bersama, menuju aktivasi
jalur perlawanan, pengembangan potensi dan energinya, mengkordinasikan kerja
antar kekuatan yang bisa menambah dampaknya di ranah Palestina, dan
menghentikan kemerosotan perjalanan isu perjuangan Palestina.
Selama pimpinan Fatah tidak buru-buru mereformasi PLO, atau
menyelamatkan program rekonsiliasi, atau mengakhiri monopoli keputusan politik
Palestina, tidak berhenti melakukan pengurasan dana politik, tidak mengakhiri
koordinasi keamanan dengan musuh, bahkan tidak mencabut sanksi di Jalur Gaza,
maka kekuatan-kekuatan perlawanan tidak boleh duduk menunggu, akan tetapi harus
maju ke arah pembentukan front persatuan yang mendukung perlawanan Palestina.
Semoga saja dapat mengambil manfaat dari pengalamannya dalam koalisi sepuluh
faksi, dan berusaha mengambil dari hal-hal yang positifnya dan membuang yang
negatif.
Ada banyak yang bisa dilakukan tanpa ketergantungan pada
keadaan kelumpuhan institusional, dan tanpa menunggu Abu Mazen turun dari ‘pohon’.
Secara garis besar yang bisa dilakukan meliputi:
- Mengaktifkan pawai kepulangan di Jalur Gaza dan
mentransfer pengalaman ke titik-titik gesekan lain dengan musuh.
- Mengakumulasi elemen-e;emen kekuatan dalam kerja
perlawanan di Jalur Gaza, dan bila mungkin, mengkoordinasi kegiatan, pertukaran
pengalaman, pengembangan kinerja, dan penggunaan potensi dan energi dengan cara
terbaik.
- Menyepakati penolakan pada koordinasi keamanan dengan
musuh, dan berusaha mencapai konsensus nasional untuk menghentikannya.
- Terus bekerja untuk membebaskan blokade di Jalur Gaza dan
mengakhiri sanksi yang dikenakan oleh Abbas di Jalur Gaza.
- Menjaga konstanta-konstanta Palestina, melawan "deal
of century", dan menggatalkan setiap proyek kompromi yang bertujuan untuk
mengurangi hak-hak rakyat Palestina di tanah dan tempat-tempat sucinya.
- Mengaktifkan lingkungan kerakyatan, menyatukan tokoh dari
kekuatan-kekuatan Palestina menuju penguatan kemitraan nasional, mengakhiri
perpecahan, mereformasi sistem politik Palestina, melakukan program nasional
yang melampaui fase Oslo, mengidentifikasi prioritas dan menjaga
konstanta-konstanta, dan memperkuat lingkungan Arab Islam dan internasional
yang mendukung isu perjuangan Palestina.
- Membebaskan kebebasan dan menghormati hak asasi manusia.
- Mengaktifkan Aksi Rakyat Palestina serta membuka semua
perserikatan dan asosiasi Palestina di dalam dan di luar negeri, untuk menyerap
semua energi dan potensi rakyat Palestina dan semua arah mereka, dalam
lingkungan yang bebas dan demokratis, serta dalam persaingan yang konstruktif
dalamnya dalam melayani rakyat Palestina, di bidang masing-masing yang menjadi
spesialisasinya.
- Mengaktifkan peran orang-orang Palestina di luar negeri,
dan semua kegiatan yang berkaitan dengan hak untuk kembali, dan menjaga
identitas nasional Palestina.
* * *
Akhirnya, tindakan positif di lapangan harus dilanjutkan dan
diperluas untuk menciptakan atmosfer yang tepat dan efektif untuk mereformasi
sistem politik Palestina, mengakhiri fenomena monopoli politik dan maju dalam
proyek pembebasan. (BA/pip)
0 Komentar